Pertanyaan :
- Bagaimana tuntunan Muhammadiyah tentang waktu mengumandangkan takbir hari raya Idul
fitri?
- Bagaimana lafadz Takbir yang dipegangi oleh Muhammadiyah,
apakah 2 kali atau 3 kali ucapan takbir?
Pembaca Majalah mentari yang dirahmati Allah,
sebelum menjawab pertanyaan di atas, perkenankan kami segenap Anngota Majelis
Tarjih dan Tajdid mengucapkan “selamat Hari Raya Idul Fitri 1433 H,
taqobbalallahu minna wa minkum”.
Berkaitan dengan waktu mengumandangkan takbir
menyambut hari Raya Idul Fitri, kita dapat melihat dalam keputusan Muktamar
Tarjih ke XX, yang secara lengkap sebagai berikut :
Ucapan takbir menyambut hari raya Idul fitri
dimulai sejak terbenam matahari sampai shalat Idul fitri akan dimulai. Hal ini
sesuai keputusan Muktamar Tarjih XX di Kota Garut Jawa Barat, yang selanjutnya
telah ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan surat Nomor:
C/1-0/75/77 tertanggal 5 Shafar 1397 H bertepatan dengan tanggal 26 Januari
1977, yang berkaitan dengan waktu takbir menjelang shalat ‘Id disebutkan:
Hendaklah engkau perbanyak membaca takbir pada malam Hari Raya Fithrah sejak
mulai matahari terbenam sampai esok harinya ketika shalat akan dimulai.
Demikian
pula dalam Tuntunan Ramadhan yang merupakan sebagian dari Keputusan Musyawarah
Nasional Tarjih XXIV di Malang Jawa Timur yang telah ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat
Muhammadiyah, – sebagaimana yang telah disebutkan dalam pertanyaan, –
disebutkan: di antara Adab dalam menyambut Hari ‘Idul Fithri, yang pertama
adalah: Memperbanyak takbir, dengan uraian: Dalam rangka menyambut Hari ‘Idul
Fithri dituntunkan agar orang (Islam) memperbanyak takbir pada malam ‘Idul Fithri sejak dari
terbenamnya matahari hingga pagi hari ketika shalat ‘Id segera dimulai.
Dalil yang dijadikan dasar keputusan tersebut, –
baik dalam Muktamar Tarjih XX maupun dalam Musyawarah Nasional Tarjih XXIV, –
adalah:
- Firman Allah SWT
… وَلِتُكْمِلُوا
الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
(البقرة: 185)
Artinya: “…dan supaya kamu
menyempurnakan bilangannya dan supaya kamu agungkan kebesaran Allah atas
petunjuk yang telah Dia berikan padamu dan supaya kamu bersyukur.” (QS.
al-Baqarah: 185)
- Hadits riwayat Ibnu Umar ra.
عنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهَُ كَانَ إِذاَ غَداَ إِلىَ الْمُصَلَّى يَوْمَ
اْلعِيْدِ كَبَّرَ فَرَفَعَ صَوْتَهُ بِالتَّكْبِيْرِ، وَفِيْ رِوَايَةٍ كاَنَ
يَغْدُوْ إِلى الْمُصَلَّى يَوْمِ اْلفِطْرِ إِذَا
طَلَعَتِ الشَّمْسُ فَيُكَبِّرُ حَتَّى يَأْتِيَ الْمُصَلَّى يَوْمَ اْلعَيْدِ
ثُمَّ يُكَبِّرُ بِالْمُصَلَّى حَتَّى إِذَا جَلَسَ اْلإِمَامُ تَرَكَ
التَّكْبِيْرَ [رواه الشافعي في مسنده جـ 1 : 153، حديث رقم 444 و 445].
Artinya: Diriwayatkan dari
Ibnu Umar bahwa ia apabila pergi ke tanah lapang di pagi hari Id, beliau
bertakbir dengan mengeraskan suara takbirnya. Dalam riwayat lain (dikatakan):
Beliau apabila pergi ke tempat shalat pada pagi hari Idul Fitri ketika matahari
terbit, beliau bertakbir hingga sampai ke tempat shalat pada hari Id, kemudian
di tempat shalat itu beliau bertakbir pula, sehingga apabila imam telah duduk,
beliau berhenti bertakbir. [HR. asy-Syafi‘i dalam al-Musnad,
I:153, hadis no. 444 dan 445].
Dari dua dalil yang telah disebutkan di atas,
dapat kami kemukakan bahwa keputusan yang berisi anjuran untuk memperbanyak
takbir dalam rangka menyambut Hari ‘Idul Fithri yang dimulai semenjak
terbenamnya matahari pada malam ‘Idul Fithri adalah dengan memperhatikan
perintah Allah dalam Surah al-Baqarah ayat 185, yaitu untuk bertakbir setelah
sempurna bilangan puasa Ramadhan. Memang dalam ayat tersebut tidak secara tegas
dinyatakan bahwa takbir dimulai setelah matahari terbenam, sebagai tanda telah
sempurnanya puasa Ramadhan. Namun menurut kesepakatan para ulama sebagaimana disebutkan oleh ‘Ali Hasballah dalam
Kitab Ushuulut-Tasyrii‘il Islamiy halaman 187 atau menurut pendapat
yang rajih (yang lebih kuat) sebagaimana yang dikemukakan oleh Wahbah
Zuhailiy dalam Ushuulul-Fiqhil-Islamiy Juz I halaman 231-232, bahwa apabila
ada perintah yang tidak disertai dengan ketegasan waktunya, maka dibolehkan
untuk menyegarakan sebagaimana boleh pula untuk mengakhirkan pelaksanaan
perintah tersebut, namun menyegerakan adalah lebih utama dan lebih
berhati-hati. Pendapat ini didasarkan pada firman Allah SWT:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا
السَّمَوَاتُ وَاْلأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ.
Artinya: “Dan bersegeralah
kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit
dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” [QS. Ali ‘Imran
(3): 133].
… فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ … .
Artinya: “… maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan… .” [QS. Al-Maidah (5): 48].
Dengan hujjah (argumentasi) di atas,
kiranya dapat difahami Keputusan Muktamar Tarjih XX dan Musyawarah Nasional
Tarjih XXIV yang antara lain menganjurkan agar memperbanyak takbir semenjak
terbenamnya matahari pada malam ‘Idul Fithri.
Terhadap hadits Ibnu ‘Umar, dapat dipegangi
sebagai berakhirnya waktu takbir dalam menyambut ‘Idul Fithri, yakni ketika
shalat ‘Id segera akan dimulai.
UCAPAN TAKBIR
Perbedaan yang sering muncul di kalangan uamat
Islam dalam mengucapkan takbir pada saat idul fitri dan idul Adha adalah jumlah ucapan takbir apakah 2 kali
atau 3 kali takbir. Perbedaan ini kadang-kadang kerap menjadikan
persoalan ditengah-tengah masyarakat terutama masyarakat di akar rumput,
tetapi penjelasan masing-masing sering tidak sampai kepada mereka yang
seharusnya sangat dibutuhkan.
Ucapan takbir hari raya dengan lafadz 2 kali
takbir berdasarkan dalil hadits sebagai berikut :
Berdasarkan dalil:
عَنْ سَلْمَانَ قَالَ: كَبِّرُوْا، اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
كَبِيْرًا، وَ جَاءَ عَنْ عُمَرَ وَابْنِ مَسْعُوْدٍ: اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ
أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اَللهُ
أَكْبَرُ وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ.
Artinya: Dari Salman
(diriwayatkan bahwa) ia berkata: bertakbirlah dengan Allaahu akbar,
Allaahu akbar kabiiraa. Dan diriwayatkan dari Umar dan Ibnu Mas’ud: Allaahu
akbar, Allaahu akbar, laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar, Allaahu akbar wa
lillaahil-hamd. [HR. Abdul Razzaaq, dengan sanad shahih].
Terdapat juga lafdz takbir yang diucapkan 3
kali, karena berdasarkan dalil :
عن جابر بن عبد الله قال: ” كان رسول الله صلى الله
عليه وسلم إذا صلى الصبح من غداة عرفة يقبل على أصحابه فيقول: على مكانكم , ويقول:
الله أكبر , الله أكبر , الله أكبر , لا إله إلا الله , والله أكبر , ولله الحمد ,
فيكبر من غداة عرفة إلى صلاة) رواه الدارقطنى(
Dari 2 dalil hadits tersebut, pendapat
Muhammadiyah dalam memberikan tuntunan mengumandangkan takbir menggunakan
lafadz takbir 2 kali. Lafadz Takbir diucapkan 2 kali tersebut merupakan hasil
keputusan dalam Muktamar Tarjih XX.
Sumber : http://www.pdmjogja.org/bacaan-takbir-pada-hari-raya/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar